353
Hari ini selasa, 27
agustus 2013. Ibu utami mengajak kami untuk melihat sebuah kapal perang yang
sedang berlabuh di Pulau Baai. KRI Yos Sudarso 353 namanya. Sebuah jenis kapal
perang buatan Belanda yang dibuat pada tanggal 25 juli 1963. Sesampai di pulau
baai kami langsung disambut dengan pemandangan yang sangat luar biasa! Sebuah
kapal perang yang tak diragukan lagi kemegahannya. Kami sempat bersecak kagum.
Pukul 10.30 WIB kami
tiba di pelabuhan pulau baai. Tapi saat itu kami belum diperbolehkan masuk,
karena pihak kapal sedang menunggu rombongan gubernur dan para muspida yang
ingin berkunjung juga ke kapal KRI Yos Sudarso 353. Untung saja kami disuruh
mewawancarai awak kapal, jadi kami tak terlalu merasa bosan. Nah menurut hasil
wawancara kami dengan beberapa awak yang ada di sana, Kapal KRI Yos Sudarso 353
merupakan kapal ketiga dari kapal perang kelas Perusak Kawal
Berpeluru Kendali Kelas Ahmad Yani milik TNI AL. Kapal KRI Yos Sudarso 353 merupakan
kapal fregat bekas pakai AL Belanda (F803) yang kemudian dibeli oleh Indonesia pada tahun 1987.
Kapal ini sebenarnya dinamai dengan Hr. Ms. Van Galen (F 803). Namun,
akhirnya diganti dengan nama KRI Yos Sudarso 353. Hal itu dilakukan untuk
mengenang jasa pahlawan Yos Sudarso yang gugur di atas KRI Macan Tutul dalam
pertempuran laut aru dalam peristiwa trikora.
Sekedar mengulas, peristiwa trikora sering juga disebut dengan peristiwa
Pembebasan Irian Barat. Yaitu peristiwa perebutan wilayah Irian Barat antara
Indonesia dan Belanda yang terjadi pada tanggal 19 desember 1961 – 15 agustus
1962.
Yos Sudarso gugur di dalam Pertempuran Laut Aru yang merupakan bagian
operasi dari peristiwa Trikora. Tepatnya terletak di daerah laut arafura,
Indonesia. Dalam peristiwa ini kapal KRI Macan Tutul yang dikomando oleh Yos
Sudarso tenggelam sedangkan 2 kapal lainnya selamat. Pesan terakhir Yos Sudarso
sebelum gugur dalam pertemppuran yaitu “ Kobarkan semangat pertempuran “
“ KRI Yos Sudarso 353
merupakan jenis kapal Fregat bekas kapal AL Belanda ( F 803 ). Kapal KRI Yos Sudarso
merupakan kapal perang. Tapi untuk saat ini, karena negara kita bisa dibilang
dalam keadaaan aman, maka kapal ini sering digunakan untuk acara bakti sosial.
Membantu masyarakat khususnya rakyat Indonesia. “ ujar kak Reza salah satu awak
kapal yang kami wawancarai.
Kapal KRI Yos Sudarso
ini memiliki berat 2.940 ton. Yang ditenagai oleh mesin dengan bahan bakar
solar.
Pukul 14.45 kami baru
boleh dipersilahkan masuk, untuk melihat persenjataan-persenjataan yang ada di
dalam kapal. Setelah kurang lebih 4 jam menunggu. Tapi hal itu tetap tak
melunturkan semangat kami.
Ternyata, KRI Yos
Sudarso dipersenjatai dengan berbagai jenis persenjataan modern untuk mengawal
wilayah kedaulatan
Republik Indonesia. Termasuk diantaranya adalah:
1.
4 Peluru Kendali Permukaan-ke-permukaan China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC) C-802 dengan jangkauan maksimum 120 Km , berkecepatan jelajah
0,8-0,9 mach, berpemandu inertial/GPS dan terminal active radar
dengan hulu ledak seberat 150 Kg.
2.
4 Peluru kendali permukaan-ke-udara Mistral dalam peluncur Simbad laras ganda sebagai pertahanan anti
serangan udara. Jangkauan efektif 4 Km (2,2 mil laut), berpemandu infra merah
dengan hulu ledak 3 Kg. Berkemampuan anti pesawat udara, helikopter dan rudal.
3.
1 Meriam
OTO-Melara 76/62 compact berkaliber 76mm (3 inchi) dengan
kecepatan tembakan 85 rpm, jangkauan 16 Km untuk target permukaan dan 12 Km
untuk target udara.
4.
2 Senapan mesin 12.7mm
5.
12 Torpedo Honeywell Mk. 46, berpeluncur tabung Mk. 32 (324mm, 3
tabung) dengan jangkauan 11 Km kecepatan 40 knot dan hulu ledak 44 kg.
Berkemampuan anti kapal selam dan kapal permukaan.
“ jika adek- adek
sekalian ingin menjadi awak kapal seperti kakak-kakak disini. Maka, adek-adek
harus rajin belajar! Gak muda loh untuk menjadi awak kapal. Harus mempunyai
fisik yang kuat dan jiwa yang berani, karena tugas kita disini adalah
mengamankan negara. “ terang kak Reza.
Kami hanya mangut-mangut
kala itu. Siapa yang tidak mau menjadi awak kapal di kapal KRI Yos Sudarso 353.
Berdiri tegak di atas kapal megah, mengarungi samudera, demi negara. Terlihat gagah
persis seperti Komodor Yos Sudarso.
Sayang sekali pukul
15.45 kami sudah disuruh pulang, karena hari menjelang petang. Tapi tak
mengapa, karena hari ini kami sudah mendapat oleh-oleh yang luar biasa, dari
kapal KRI Yos Sudarso 353. Sebuah arti perjuangan demi negara!